Label

Selasa, 27 Maret 2012

Prasangka

Ada beberapa hal yang bisa digolongkan baik dan buruk tergantung bagaimana anda memandangnya. Saya bukan bicara soal hukum agama, adat, atau undang-undang karena setahu saya hal itu berlaku mutlak. Lagipula saya tidak terlalu mengerti akan hal semacam itu. Rumit. Saya akan membahas hal yang ruang lingkupnya lebih kecil namun justru kerap menimbulkan masalah karena hal ini sifatnya relatif.
Setiap orang memiliki cara pandang yang berbeda akan sesuatu. Itu mutlak. Ada banyak hal yang mempengaruhi hal ini, diantaranya latar belakang keluarga, lingkungan, status sosial, keadaan hati dan prasangka. Dari hal yang saya sebutkan tadi, mungkin kita bisa coba membahas prasangka (judgement) lebih jauh. Kalau ada bias dengan kata prasangka ini, perlu saya jelaskan bahwa yang saya maksud dengan prasangka di sini adalah praduga, anggapan kita terhadap seseorang, atau lebih ke judgement dalam Bahasa Inggris, bukan prejudice.
Mengapa harus prasangka? Prasangka asalnya dari pandangan kita terhadap seseorang. Hal ini berada dalam kendali kita. Jika hal ini ada dalam kendali kita, maka tentu kita memiliki kuasa untuk membawanya ke arah baik, atau buruk. Inilah hal yang harus kita perhatikan dalam berhubungan dengan orang lain. Cara kita memandang orang dan berinteraksi dengannya akan banyak dipengaruhi oleh prasangka ini. Ingat, karena ini akan sangat penting nantinya.
Sebagai contoh, saya punya sekumpulan sahabat yang selalu menganggap apa yang saya katakan itu lucu. Itu berasal dari prasangka mereka tadi. Sehingga setiap saya mengatakan sesuatu dengan maksud melucu, baik itu lucu ataupun tidak terlalu lucu, mereka akan tertawa dan hal ini sangat menyenangkan. Bukan tawa yang dibuat-buat, tawa yang murni. Anda tentu bisa bedakan tawa asli dan paksaan bukan? Begitupun kebalikannya, saya berusaha selalu menghargai lelucon mereka dengan menertawakan meski itu tidak lucu. Bagaimana menertawakan lelucon yang tidak lucu? Tertawakan ketidaklucuannya, kadang (tidak selalu) kita bahkan bisa bilang padanya bahwa leluconnya tidak lucu sambil tertawa. Dia tentu tidak akan marah sejauh kita tertawa. Hahaha.
Kebalikannya, tentu juga ada teman yang setiap anda berusaha bicara tidak mengacuhkan, berusaha membuat anda diam, bahkan lebih buruk lagi, mengintimidasi anda. Yah, orang-orang seperti ini ada dan nyata di dunia ini. Mereka tidak sadar bahwa Indonesia telah merdeka semenjak tahun 1945. Jangan salahkan orang tua mereka yang membuat mereka lahir ke dunia ini. Saran saya untuk hal ini, kalau mereka tidak bisa membuat anda merasa nyaman dan anda tidak bisa membuat mereka merasa nyaman, tinggalkan. Itu bukan lingkungan yang baik. Itu kembali lagi pada prasangka mereka tadi. Dalam penilaian mereka, anda tidak menarik. Jadi ya sudah. Kalau tidak bisa jadi teman sejalan, jadi teman yang ditegur kalau berjumpa di jalan juga tidak apa-apa kan?
Jadi, kembali lagi kepada prasangka tadi, yang ada dalam kendali kita dalam berhubungan dengan orang lain. Selalu berusaha berprasangka baik pada orang lain selama dia tidak mengganggu. Seingat saya, dalam fisika ada hukum aksi dan reaksi. Setiap aksi pasti menuai reaksi. Tidak mungkin semua aksi penarikan akan diikuti dengan reaksi berupa penarikan, bisa saja diikuti oleh reaksi penolakan. Tetapi ada yang bisa kita lakukan dalam hal ini. Jika seseorang berusaha dekat dengan anda (tertarik pada anda, bukan hanya karena fisik, tapi karena “isi” anda), berusahalah tertarik padanya. Jangan menolak dia, berilah dia kesempatan, berprasangka baik padanya, dia berhak untuk itu. Percayalah, ini akan sangat berguna pada suatu saat nanti.