Label

Sabtu, 31 Desember 2011

Pongo pygmaeus

sejatinya satwa langka bukan hama
mereka ada di habitatnya
hanya manusia berotak u(d)ang
babat rimba demi uang
paksa hutan jadi lahan
agar kelapa sawit jadi duit

adapun satwa langka tidak curiga
rimba tetaplah rimba
tak peduli sawit ataupun jati
sama saja, di sana mereka makan dan beranak-bini

wahai pemburu satwa/harta
tidakkah kau sadar mereka punya nyawa?
apalagi perusahaan yang menjadi tersangka
bukanlah milik negara kita, melainkan tetangga

mereka langgar batas negara
lalu bantai satwa kita
mereka rebut budaya kita
dan berbagai tindakan pengecut lainnya

apa maumu wahai tetangga?

Senin, 26 Desember 2011

Gaul vs Alay

Tergelitik juga saya untuk membahas hal ini. Mengapa tidak, alay sudah menjadi fenomena budaya tersendiri dalam masyarakat Indonesia. Mengenai asal-muasal istilah ini tidak perlu dibahas lagi. Saya rasa banyak orang cukup mengerti. Tetapi ada hal yang menarik perhatian saya. Yaitu adanya kecenderungan persamaan sifat antara anak-anak (yang dikategorikan) alay dengan anak-anak (yang merasa) gaul.
Persamaan ini bisa kita tinjau dari berbagai hal. Adapun beberapa hal yang telah saya temui yaitu:
1. Gaya, baik itu dalam hal berpakaian maupun lainnya
Sama saja, anak alay ada yang mengecat rambut, anak gaul juga. Anak alay senang pakai celana skinny, anak gaul juga. Anak alay senang nongkrong di pinggir jalan, anak gaul juga di pinggir jalan, cuma ada tokonya, misalnya sevel, circle k. Anak alay pake kacamata segede pantat botol susu kental manis, anak gaul juga. Masih banyak hal lainnya, tapi tidak usah diperpanjang, cari sendiri saja.

2. Bahasa yang menayalahi kaidah
Anak alay senang menyingkat Bahasa Indonesia misalnya "leh nal ga?" Nah, kalau anak gaul? Sama saja, cuma bahasanya Bahasa Inggris, misal ROTFL, LOL, dan lainnya. Kalau anak gaul bilang anak alay merusak tata Bahasa Indonesia, sama saja, anak gaul juga. Contohnya saja menggunakan Bahasa Inggris dicampur Bahasa Indonesia, padahal Bahasa Inggris yang dia pakai tersebut sudah ada padanannya dalam Bahasa Indonesia. Misalnya anak gaul bilang, "at least, gue ga kayak dia", padahal kan bisa saja bilang, "setidaknya gue ga kayak dia lah".

3. Musik
Anak alay selera musiknya rendahan, mungkin. Tapi anak gaul sama saja. Teriak dangdut musik alay, tapi sama-sama dengar Ayu Tingting. Bilang musik alay, tapi masih nonton SM*SH. Ah, anak gaul lebih munafik untuk urusan ini. Lebih keren anak alay, sportif mengaku kalau dia alay.

Kalau tadi persamaannya, lantas perbedaannya apa?
Ada perbedaannya. SDM misalnya. Anak gaul biasanya berasal dari keluarga berada dan tinggal di kota besar sehingga mampu beli pakaian bagus, nongkrong di sevel, baca majalah fashion, punya akses internet dan pendidikan lebih maju. Sementara anak alay? Kebalikan semua itu. Mereka sebenarnya korban tuntutan jaman. Saat dalam masa pencarian identitas diri di masa remaja, mereka bingung mencari contoh ke mana. Akhirnya dijiplaklah gaya yang ada di TV. Namun, dengan keterbatasan modal, mereka tentu tidak bisa sebagus anak gaul yang punya duit banyak. Akhirnya cuma nongkrong di jalan, gaya meniru bintang di TV tapi dengan modal seadanya. Kalau saja mereka lebih beruntung, tentu mereka tidak akan berbeda dengan anak gaul. Yah, mereka cuma anak kampung yang ingin merasa keren. Siapa yang tidak ingin keren? Apalagi dengan bombardir iklan yang mengajarkan rupa adalah segalanya. Bukan tidak mungkin mereka yang hanya mengenyam pendidikan pas-pasan jadi tergiur. Namun, ujung-ujungnya bukan masuk TV, malah jadi cercaan di forum paling besar sejagad Indonesia.
Terus solusinya apa? Mungkin bisa kita mulai dengan tidak mendiskriminasi mereka, ajari mereka apa yang selayaknya. Bilang, rupa bukan segalanya. Yah, SDM memang berbeda, jadi mungkin agak susah. Tetapi tidak ada salahnya dicoba. Atau kalau tidak mau susah, ya sudah, diamkan saja. Toh, dia tidak mengganggu kita kan.

OK, maaf kalau ada pihak-pihak yang tersinggung. Ini cuma telaahan sekejap yang saya tulis kurang dari setengah jam. Saya sendiri merasa tulisan ini terlalu dangkal, tetapi tetap tertarik untuk menulisnya. Nanti kalau ada waktu untuk berpikir lebih lanjut, tulisan ini saya telaah lebih jauh.

Senin, 10 Oktober 2011

Menjaga Jam

tugasmu belum usai"
kau berkata, matamu sayu
aku baca muka sedihmu
jelas dari semua kiriman
matamu hampir pejam
padahal masih tersisa rangkaian

...
lama penyerantaku terdiam
aku tersadar, kau hilang dibius bulan
mataku menajam
aku mengawasi jam
berniat mengalahkan ayam

bergelas-gelas pun tandas
berbagai ide telah kulepas
dan ketika kau bangun
kesadaranku turun
semoga matahari menjadi bohlam lampu besar di kepalamu

Hari Terakhir Liburan

kamarku bau lembab
aku tahu, sedih tak harus sembap
semakin cepat aku kirap
semakin darahku tidak sirap
aku mahfum
2 kali setahun
adalah lebih baik daripada menahun
menutup pintu, aku tersenyum

17-20

Tersebutlah suatu tempat yang kurang lebih tiga tahun lalu pernah saya kunjungi di masa-masa awal saya kuliah. Malam ini saya tiba-tiba teringat tempat tersebut. Entah mengapa. Detailnya tergambar cukup jelas, kami bertiga (saya dan dua orang teman) berjalan kaki menuju tempat tersebut. Akan tetapi saya lupa tempat persisnya walau memang saya ingat ada sebuah gereja di dekat tempat itu. Lalu ada salah satu teman yang membawa stik drum. Yah, mereka berdua memang teman bermain saya dalam band yang dinamakan “Perfect Wedding Gift”, band pertama dan satu-satunya band saat saya berkuliah. Adapun band ini tidak lama umurnya. Hal yang tidak perlu dibahas lebih lanjut.
Kembali ke soal tempat tadi. Tidak lama setelah saya teringat tempat tersebut, salah satu teman saya mengirim pesan singkat yang menanyakan soal detail tempat tersebut. Wow. Ada apa gerangan? Apakah saat saya teringat tempat tersebut dia tiba-tiba juga teringat? Sungguh hal yang aneh dan lucu. Mungkin pikiran kami kebetulan saja saat itu terkait. Atau kebetulan saat itu saya dan dia sama-sama sedang bernostalgia mengenang masa-masa perkuliahan yang cukup singkat? Entahlah.
Yah, mau tidak mau saya teringat masa-masa sulit beradaptasi saat tingkat satu. Saat itu mungkin saya masihlah labil, mengingat saya baru saja menginjak usia 17 tahun. Segala hal yang masih asing membuat saya pusing. Yah, pada akhirnya selama tiga tahun berkuliah saya memang menghadapi masalah yang itu ke itu saja. Tetapi, ya sudahlah, tidak perlu dibahas. Toh, ini semua sudah berakhir. Saya telah menyelesaikan pendidikan di kampus ini. Walau kemungkinannya sangat besar saya akan berkuliah lagi di masa depan, ini adalah masa perkuliahan pertama saya yang akan berpengaruh besar. Mengapa? Karena saat inilah karakter saya menuju pendewasaan dibentuk. Dunia perkuliahan inilah yang memperkenalkan saya akan “dunia orang dewasa”.
Bagi saya, hal yang sedikit mengecewakan adalah saya menghabiskan tahun pertama saya dengan berlarut-larut dalam kekhawatiran. Saya nyaris tidak melakukan apa-apa (bahkan termasuk belajar) karena khawatir akan didepak dari kampus ini. Tetapi untunglah, saat tingkat dua kehidupan saya lebih baik. Mulai aktif dalam berbagai hal, mulai merasa berguna dan dibutuhkan. Bahkan di tingkat tiga kesibukan saya bertambah, cukup membantu membuat saya sibuk, sehingga hidup tidak terasa datar. Syukurlah saya bisa melakukan hal yang sedikit berguna sebelum masa perkuliahan saya berakhir. Saya yakin semua pengalaman yang saya alami, orang yang saya temui dan segala hal yang terjadi akan memberi andil dalam hidup saya. Mungkin ada yang belum untuk saat ini, tetapi akan berguna nanti.
Maka, untuk mengakhiri tulisan ini, saya ingin berterimakasih kepada semua pihak yang telah berinteraksi dengan saya selama tiga tahun ini. Kalian tahu, saya percaya bahwa kesuksesan seseorang adalah akumulasi dari segala hal yang terjadi di sekitarnya, baik itu hal baik maupun hal buruk. Maka dari itu peran kalian sangat besar dalam hidup saya. Yah, walau beberapa orang memang sangat menyebalkan. Tetapi tidak apa, mereka mengajari saya bagaimana rasanya berada di posisi orang yang dilecehkan sehingga saya bisa belajar untuk tidak melecehkan orang. Terima kasih semuanya untuk semuanya. :)

Berawal Dari Ejekan Seorang Teman..

Tersebutlah seorang kenalan yang sangat ahli memainkan suatu jenis alat musik. Dia bermain dalam sebuah band yang cukup dikenal di suatu wilayah. Jika anda berkesempatan mengobrol dengannya, anda akan tahu bahwa selera musiknya lumayan. Cobalah berbincang lebih jauh, mungkin anda akan tersenyum karena akan terlihat bahwa dia kurang mengerti apa yang dia bicarakan. Meski begitu jangan terlalu membantah, dia keras kepala dan argumen anda akan ditolak mentah. Jadi, ya kalau tidak suka diam saja.
Hal yang membuat saya tergelitik adalah saat dia dan teman-temannya bermain di dalam suatu acara. Saat mereka naik ke panggung, seorang teman yang kebetulan hadir dalam acara tersebut bertanya pada saya, “ menurut lo, mereka ngerti nggak ama musik yang mereka mainin?”. Saya pun jadi berpikir, ada benarnya juga. Selama ini, menurut pendapat saya mereka bermain musik hanya agar terlihat keren. Terlihat dari pilihan lagu yang mereka cover di atas panggung. Saya tidak bisa menyalahkan mereka juga, mungkin memang mereka belum teredukasi oleh musik tersebut, sehingga musik bagi mereka belumlah bisa menjadi attitude. Hanya sekedar jreng jreng jreng, terlihat keren, tenar, dan selesai. Sayang sekali, satu lagi bakat yang akan terbuang.
Memang pesona ketenaran sulit dihindari. Saya mengakui bahwa saya pernah bermain musik hanya demi hal tersebut. Akan tetapi, syukurlah Tuhan mengijinkan saya menempuh pendidikan di tempat yang lebih baik, saya bisa bersentuhan dengan dunia yang membuka pikiran saya. Ternyata musik tidak hanya sesederhana itu. Musik, misalnya, bisa menjadi tempat untuk membagi ide mengenai berbagai macam hal yang dapat membuka mata. Percayalah, jika suatu saat anda berkesempatan membuat lagu, melihat ide anda diterima jauh lebih keren daripada sekedar uang dan ketenaran, bahkan uang dan ketenaran itu hanyalah “efek sampingan” dari hal tersebut.
Yah, kalau saja mereka mau menggali musik itu lebih dalam. Musik bukan hanya soal enak didengar. Ada banyak filosofi yang dianut oleh berbagai macam aliran musik dan orang-orang yang terlibat di dalamnya. Filosofi-filosofi yang akan membuat seorang musisi besar memiliki sikap dan tanggung jawab terhadap karyanya. Bukan hanya memainkan lagu orang, lalu berlagak dan lantas semena-mena terhadap pendapat orang. Tetapi seperti yang saya bilang tadi, belum tentu mereka bisa disalahkan. Mungkin mereka belum mengetahui dan bersentuhan dengan hal tersebut. Sebagaimana saya masih belajar mengenai musik, mereka mungkin juga sedang mengalami proses tersebut.
Ada banyak filosofi yang menarik untuk diketahui dalam musik. Ada banyak musisi besar dengan sikap yang bisa dicontoh. Namun tentu saja, sesuai dengan pepatah “ambil yang baik, tinggalkan yang buruk” kita hanya perlu mengambil hal-hal yang kita rasa sesuai dengan kita, bukan lantas memaksakan dan menelan mentah-mentah. Seorang manusia terbentuk dari ide-ide mendasar yang dianutnya. Kalau kita hanya menelan mentah ide orang lain habis-habisan, apa bedanya kita dengan plagiator?
Jadi, untuk teman-teman yang juga mencintai musik, khususnya musik-musik yang melawan arus, marilah kita bersama-sama menggali lebih dalam ada apa di balik musik tersebut. Setiap unsur dalam lagu, notasi, lirik dan bahkan judul album memiliki cerita menarik. Temukan hal tersebut dan anda pasti akan tersenyum karena musik bukan hanya sekedar enak untuk didengar.

Rabu, 20 Juli 2011

Rupa

saya berusaha tidak menilai orang hanya dari tampilan luarnya
sebagaimana saya tidak suka dinilai orang hanya dari tampilan luarnya
maka apabila kamu hanya menyukai saya karena rupa
harapan saya akan suka padamu lebih baik kamu lupa

Sahabat/Kerabat

katakanlah engkau punya sahabat
berarti kau memiliki orang-orang yang tak mengikat
ataupun merasa terikat
meski semuanya erat
yah, pelukan mereka terasa hangat
ada hati akan selalu dekat

meski leluconmu rasanya keparat
tawa mereka hingga sekarat
bukanlah makna yang mereka sirat
melainkan perasaan yang tak terlihat
maka tolong aku, tanganku jabat
dengan ini kita adalah kerabat

20 dan Cermin

berapa batas remaja?
tanya kaca seorang lelaki tanggung
tertawa, ia jawab tanpa canggung
tiada, selama semangatmu bara

replika sempurna, tawanya kaku
aku tanya si pria dalam cermin
berapa batas usiaku beku?
akankah aku menghilang terbungkus kain?

cukup lama ia bisu
menimbang dalam kelu
lalu jawabnya sangat hemat
orang-orang berlalu, sejarah mencatat

kurasa ia adanya benar
namun, aku tidak cepat puas
otakku bekerja lebih keras
bagaimana membuat cerita tak pudar?

kurasa adalah menjejak
semakin keras kau menghentak
semakin dalam ia tercetak
dan semakin lama ia rusak

maka nanti saat waktuku berhenti
jejakku adalah bukti eksistensi

pria dalam kaca tertawa
tahu usianya segera lewat remaja
tetapi ia tak khawatir
putaran otaknya belum berakhir

Senin, 20 Juni 2011

KSPK : Kisah Sikat Pembersih Kotoran (gigi)

Ketika anda bangun tidur, apa yang pertamakali anda lakukan? Taruhan, anda pasti ke kamar mandi dan segera melakukan aktivitas di kamar mandi, yang salah satunya adalah menyikat gigi. Begitupun sebelum tidur, anda yang peduli dengan kebersihan pasti menyikat gigi sebelum tidur. Bahkan, saking pentingnya menyikat gigi, kebanyakan mahasiswa yang tidak sempat mandi saat akan berangkat kuliah hanya akan menyikat gigi dan mencuci muka. Begitu penting dan dekatnya sikat gigi dengan kehidupan kita. tetapi, pernahkah anda berpikir siapa yang menciptakan sikat gigi untuk pertama kalinya?
Alkisah, pada masa sebelum sikat gigi ditemukan, orang membersihkan gigi dengan menggunakan kain lap yang digosok-gosokan pada gigi. Memang, lap kurang bisa membersihkan secara maksimal. Maka manusia berusaha menemukan alat yang bisa lebih menjamin kebersihan gigi. Orang yang pertama kali menciptakan model pertama dari sikat gigi modern adalah seorang narapidana bernama William Addis. Ia menciptakan suatu alat kelak dinamakan sikat gigi ketika sedang menjadi tahanan dalam penjara pada tahun 1930-an.
William Addis adalah seorang pemuda yang berasal dari Inggris. Ia menciptakan model sikat gigi pertama tersebut dari tulang ayam sisa makanan penjara dan rambut-rambut binatang. Ia melubangi tulang ayam tersebut pada salah satu ujungnya yang kemudian ia isi dengan rambut-rambut hewan tersebut. Itulah yang kelak akan dikenal sebagai model prototype dari sikat gigi modern.
Pada tahun 1938, perusahaan Du Pond dari Amerika Serikat memproduksi secara massal sikat gigi dari nilon berdasarkan model sikat gigi modern yang diciptakan oleh William Addis. Ini merupakan pertama kalinya sikat gigi nilon berdasarkan bentuk ciptaan Addis diproduksi dan diperjualbelikan secara massal untuk publik. Model sikat gigi yang dikembangkan dari model ciptaan Addis terus berkembang semenjak saat itu hingga sekarang. Dapat kita temui berbagai macam sikat gigi yang beredar di pasaran saat ini. Sikat gigi yang kita gunakan sekarang merupakan modifikasi dari model sikat gigi yang diciptakan oleh Addis tersebut.
Sungguh besar peran sikat gigi. Apabila anda bepergian dan sikat gigi anda ketinggalan, pasti anda berusaha membeli sikat gigi baru kan? Bandingkan dengan sabun dan sampo yang bisa dipinjam, sikat gigi ini lebih bersifat privat dan tidak bisa dipinjamkan. Apabila anda ngotot meminjam, itu akan sangat menjijikan. Lagipula jika anda harus memilih salah satu, anda lebih memilih yang mana, mandi tanpa sikat gigi atau sikat gigi tanpa mandi? Tentulah yang lebih penting menyikat gigi. Sedemikian pentingnya sikat gigi, maka sudah selayaknya kita berterimakasih kepada Tuhan yang telah menciptakan seorang William Addis sehingga kita bisa menjaga kebersihan gigi setiap saat sehingga kita bisa terhindar dari bau mulut, kotoran plak dan radang gusi.

Sabtu, 28 Mei 2011

Aku Dibayar Bukan Untuk Kebaikan

apa yang kupijak
pada benar ia berpihak
maka sedikit tiada aku beranjak
aku menolak

hatiku yakin, tak bimbang
adapun pendapat orang
berlainan saling silang
aku di sini, kau di seberang
membuatku tercengang
nyata kebaikan tak bisa berdagang
walau mereka senang
hatinya perang

aku tak bisa menawar
untuk apa yang aku dibayar
maka semua perkataanku tawar
tak bisa ke otak diantar
hanya memutar-mutar
di sela-sela nalar
lalu beringsut keluar
melalui alat pendengar

tetapi, aku juga sadar
sekali cemar, takkan lagi benar
apa yang kutawar
bukan untuk itu aku dibayar

aku dibayar bukan untuk ramah tamah
senyumku terlalu murah
sehingga ada yang marah
karena pada kontrak aku bersalah

mana yang lebih dulu
merangkul ataukah mengguru?
aku kira merangkul dulu akan manjur
ternyata mengguru dulu lebih menggiur

maaf, maaf, maaf
aku bukan si maha tahu
meski kau anggap begitu
tetap saja aku juga masih memburu ilmu

Under A Spell

I have a gaze that pierce
be shy!
'coz your eyes will come first
and then your heart becomes pieces

put you into spell
deep and deep, say good bye!
as you can't tell
night or day?
it's no matter as long as I dwell
and I smirk as you smile

losing focus
unconscious
my gaze
is dangerous
enjoy your abuse

Menakar Waktu

jangan ragu bertanya waktu
pada hal apapun yang kau kira tahu
menunggu
sangatlah menjemu
tapi yakinlah
lebih baik tahu berapa lama berlalu
sehingga menakar tidaklah sukar
berapa lama lagi harus bersabar

Minggu, 17 April 2011

Monster Nokturnal

sungguh seram
monster nokturnal berlengan enam
bersayap rangkap mengkilap transparan
sementara tubuhnya begitu hitam kelam
mata mu banyak sekali, beribu-ribu segi enam
dengan mulutmu yang seperti belalai gajah
tetapi memiliki gergaji dan lidah
gigitanmu menginjeksi virus menginfeksi
kau mengejarku
aku emosi, tak bisa membunuhmu
tanpa menumpahkan darahku

aku diam, terpaku
tak bergerak membatu
lalu secara tiba-tiba membabi buta kutepuk kau sekuat tenaga
nyamuk, kau mati di tanganku, ku mengelap darahku pada tisu

Sabtu, 16 April 2011

Hormat

yang dihormati
dalam sidang yang terhormat
menontoni kehormatan seorang wanita
maka siapakah yang asusila?
dia yang tak berbusana
ataukah mereka yang menontonnya?
tanpa dusta
aku memang pernah menyaksikannya
dalam perangkat yang sama
tapi
bukan dalam ruangan yang rencananya
ratusan
juta!
minta dana tanpa kinerja
sama saja makan gaji buta
sementara di jalan orang buta tanpa gaji
makan saja mikir seratus kali
dan uangnya pun dipungli
untuk bikin gedung yang terlalu gadang
dipakai nonton orang mengangkang

Aku Berkarya Maka Aku Ada

Jangan takut berkarya. Bikin saja, kerjakan saja. Kalau memang nanti kurang sempurna, wajar saja. “Karya yang sempurna adalah karya yang tidak pernah dibuat”, seorang bijak pernah berkata. Tidak ada yang sempurna, yang sempurna hanya Sang Pencipta. Tuhan saja sengaja membuat karya, misalnya manusia, tidak sempurna, apalagi karya manusia. Sudah tentu tak ada yang tanpa cacat tanpa cela. Jadi, jika berkenan, bikin saja. Kalau hasilnya kurang memuaskan, tetap lanjutkan. Lambat laun semua akan indah pada waktunya. Semua hasil butuh proses. Ada yang lama, ada yang cepat, tapi tidak ada yang instan.
Tetapi yang perlu dicatat, dalam berkarya juga ada kode etiknya. Jangan membabi buta menjiplak. Kalau sekedar terpengaruh, wajar. Tentu saja kita bisa dipengaruhi oleh sesuatu yang kita rasa cocok dengan kita. Dan tentu saja yang harus diingat adalah mengambil pengaruh berbeda dengan menjiplak. Kalau sekedar mengambil pengaruh, kita tetap tidak menghilangkan apa yang menjadi ciri kita, sementara menjiplak bisa dibilang meniru mentah-mentah karya orang dan kita akui sebagai karya kita. Mengambil pengaruh dengan baik akan membantu kita dalam berkarya sementara menjiplak akan membuat kita terhina. Maka berkaryalah, tanpa menjiplak.
Kalaupun nanti ada kritik yang menghinggapi, sekali lagi, wajar. Seperti yang sudah dibahas di atas, tidak ada karya yang sempurna. Jika kritik itu baik dan bersifat membangun, terima dan lakukan perbaikan segera. Untuk para pengkritik, ingat, mengkritik berbeda dengan menghujat. Kritik yang baik dan benar tidak akan membuat pihak yang dikritik merasa diserang dan dipojokkan. Semua hal ada caranya. Begitu pula mengkritik. Mungkin mempelajari cara mengkritik yang baik akan membutuhkan waktu. Tetapi apa yang tidak butuh waktu di dunia ini? Tidak ada yang instan, semua butuh proses. Bahkan makanan instan tetap saja perlu dimasak.
Semua karya butuh apresiasi. Apresiasi tidak melulu berupa uang dan harta (ingat ini, wahai para seniman komersil). Memang uang diperlukan, tetapi bukan itu saja tolak ukurnya. Apresiasi ibaratnya adalah napas suatu karya. Jika tidak ada yang mengapresiasi, bisa saja si pembuat karya berhenti. Jika ada yang mengapresiasi, suatu karya dapat terus dibuat karena apresiasi dapat membuat si pembuat bersemangat. Sekedar berkomentar di blog ini misalnya, sudah merupakan apresiasi. Maka jika anda sempat membaca, baik suka ataupun tidak suka, silahkan tinggalkan komentar anda. 
Dan yang perlu diingat, seperti tulisan ini, aku berkarya maka aku ada. Memang sedikit merubah kutipan dari ilmuwan yang saya lupa siapa, “aku berpikir maka aku ada”. Tetapi saya rasa hasil akhir dari suatu pemikiran adalah berupa karya. Maka, sah-sah saja sedikit dirombak. Para pembuat karya tetap ada namanya karena mereka meninggalkan jejak di muka bumi ini melalui karyanya meski telah bertahun-tahun tiada. Semua orang besar pasti dikenang karena karyanya. Rasulullah, ilmuwan, seniman, bahkan pendusta pun akan diingat karena karyanya. Memang, tidak semua karya yang dibuat itu baik. Mereka yang melakukan sesuatu yang buruk pun tetaplah dikenang, karena keburukannya. Tetapi tentu saja, terserah anda mau dikenang karena hal yang baik atau hal yang buruk? Ingin mati dipuji atau mati disumpahi?
Jadi, apa inti ini tulisan? Saya cuma mencari pembenaran dalam berkarya. Itu saja. Terima kasih sudah membaca. Jauh lebih terima kasih jika anda mengapresiasi. 

Kamis, 14 April 2011

Tentang Pelayan Masyarakat

Pikiran saya sering jalan ke mana-mana kalau sedang berjalan malam sendirian. Jika saya bilang berjalan, maka itu adalah benar berjalan dengan kaki. Mengapa harus berjalan kaki? Sebagai mahasiswa yang lebih suka menggembel, itu adalah kebiasaan menyehatkan dan bebas polusi sehingga andil saya terhadap pemanasan global dapat dikurangi. Oleh sebab itu, saya suka kemana-mana berjalan kaki asal bukan balik ke Solok dari Jakarta berjalan kaki. Bukan apa-apa, hanya saja itu akan memakan waktu yang sangat lama apabila dibandingkan dengan liburan saya yang singkat. Maka kalau pulang ke Solok dari Jakarta saya akan lebih memilih naik pesawat atau bus. Sementara kalau ke Bintaro Plaza saya akan lebih memilih berjalan kaki. Bukan karena pelit, ini karena.. sudahlah, anda baca saja sendiri alasan saya di atas tadi, saya malas mengulangi, sorry.
Kembali ke topik. Jadi, malam itu saat sedang jalan menuju kos-kosan saya, pikiran saya melayang kepada rencana karir saya di masa depan. Sebagai salah satu mahasiswa sebuah perguruan tinggi kedinasan, sudah pasti setamat dari sini saya akan bekerja pada kementerian yang bersangkutan. Bersangkutan dengan apa? Dengan perguruan tinggi kedinasan tadi tentunya. Lalu saya ingat, bahwa status saya nanti adalah pegawai negeri sipil bila saya bekerja pada kementerian tersebut. Bukan status facebook saya yang pegawai negeri sipil, melainkan status pekerjaan saya yang ditulis di KTP. Hal ini disebabkan karena saya bekerja sebagai pegawai negeri sipil di salah satu kementerian. Baiklah kalau anda memaksa tahu, saya sedang menempuh pendidikan di STAN dan ini insya Allah adalah semester terakhir saya, maka mohon doanya semoga semua lancar, ya. Terima kasih
Nah, yang mau saya bahas bukan gaji saya nanti saat bekerja karena rezeki, jodoh, umur dan ajal sudah ditentukan oleh Yang Maha Kuasa semenjak kita dalam kandungan. Jadi saya tidak perlulah mencemaskan masalah gaji, yang nanti karena saya sudah bergaji, maka saya bisa beristri walau tetap tak bisa poligami. Yang mau saya bahas adalah tiba-tiba sekejap mata saya teringat bahwasanya padanan kata pegawai negeri sipil dalam Bahasa Inggris atau English adalah civil servant. Catat ini karena ini akan jadi sangat penting, civil servant. Inilah yang mau saya bahas.
Ada apa dengan civil servant? Civil artinya adalah masyarakat, sementara sikil adalah lutut. Servant berasal dari kata serve yang artinya melayani, yang ditambahi akhiran –ant yang berfungsi menjelaskan pelaku. Seperti kata merch yang artinya adalah berdagang dan bila ditambahi akhiran –ant menjadi merchant yang artinya adalah pedagang. Maka, kata serve yang ditambahi akhiran -ant sehingga menjadi servant memiliki arti pelayan. Jadi, apa arti dari civil servant secara etimologi? Tak lain tak bukan, tak tontong galamai jaguang, adalah PELAYAN MASYARAKAT.
Jika ditinjau dari hal tersebut, maka tugas dari seorang civil servant adalah melayani masyarakat. Tetapi kalau dilihat dari apa yang terjadi dewasa ini, hehehe (maaf, saya tidak bisa berhenti tertawa, tawa sinis tentunya dan anda pasti tahu sebabnya). Saya rasa tidak perlulah saya berpanjang lebar menjelaskan apa yang mestinya dilakukan karena saya ingat dulu Pak Bambang, dosen mata kuliah Etika Profesi PNS sudah menjelaskan itu semua. Bukan, saya bukan lupa materinya. Hanya malas menjelaskan di sini saja karena, toh yang tingkat tiga sudah dapat materinya dan yang tingkat satu atau dua juga akan dapat nanti di suatu masa dengan catatan belajar dengan rajin seperti, ehm, saya.
Oke, saya mengaku, saya memang lupa, hehehe (maaf Pak Bambang, hehe). Tetapi setidaknya saya tahu, bahwa nanti saat jadi PNS kita harus memberi pelayanan prima termasuk di dalamnya tidak korupsi apa saja (waktu, uang dan lainnya). Mengenai pelayanan prima, singkatnya berikan apa yang terbaik yang kita bisa berikan. Sementara mengenai korupsi, tidak perlulah saya jelaskan, kita semua sudah tahu. Oya, sekedar info, buat anda di luar sana yang masih mengira bahwa di kampus saya diajarkan korupsi, selamat, anda sudah ditipu mentah-mentah. Lain kali gosip jangan ditelan bulat-bulat, tetapi kunyah, cerna dan kira-kira kebenarannya dalam kepala, jangan dikeluarkan lewat pantat.
Maka sebagai seorang pelayan masyarakat sudah seyogyanya kita melayani dengan sebaik-baiknya atau bahasa kerennya, pelayanan prima. Kita dibayar untuk itu kan? Dan orang yang dibayar untuk pekerjaannya adalah seorang yang profesional. Wow! Saya, anda dan mereka adalah seorang profesional! Terdengar keren dan dewasa sekali. Omong-omong bagaimana kabar Yogya dan Sultannya?
Pusing? Sudah dulu, kemana arah bicara saya anda sudah tahu. Intinya adalah jadilah PNS yang bisa memberikan pelayanan yang memuaskan pihak yang dilayani (dalam hal ini masyarakat), sehingga kita tidak secara membabi buta memakan gaji buta karena hati kita dibutakan harta. Ada banyak hal yang lebih dari sekedar harta. Maka, semoga tulisan ini bermanfaat bagi yang mau baca dan semoga nantinya saya dan teman-teman semua bisa menjadi PNS yang bermanfaat. Amin.

(Aduh, tulisan ini terasa serius sekali. Tak apalah, toh cuma sekali-kali)

Kepada Semua yang Tercinta

maka sabarlah karena nanti aku juga kembali
sejauh mana aku pergi
itu hanya sampai ke mana kaki
setidaknya planetku masih juga bumi

ribuan kilometer hanyalah jarak yang dapat dikatakan manusia
sampai kemana yang bisa kasat dirasa

tapi,
kau dan aku tahu, hati tidak bisa dikira
jauh lebih dekat daripada mata
terhadap jarak ia buta
kau dan aku tahu, hati tidak bisa dikira

maka sabarlah karena nanti aku juga kembali
jangan kau hitung hari
karena sepinya akan kentara
tunggu saja dan berdoa

kita pasti jumpa
malam
kelam
legam
diam
terkadang seram

dalam cahaya temaram
hanya ada detik jam
satu, dua sampai puluhan ke enam
berulang naik dan karam

cahaya mata belum padam
bertahan, tidak terpejam
sial, ini pasti gara-gara kopi campur sedikit garam

Gratis

ini kerja setahun lebih
gratis
sepeserpun aku tak mengemis
mulai dari start hingga ke finish
bukan kau yang mengirimi aku uang setiap bulan
bahkan tidak walau hanya sekedar doa ataupun pujian
kepalamu gunakan
kritikan ialah beda dengan umpatan
jadi
jangan bohong
jangan sombong
jaga omong
atau nanti lidahmu kupotong
beserta kepalamu yang kosong

oh ya
tenang
ini semua pun bebas uang

Senin, 11 April 2011

KSPK, Kepriben Sampeyan Punya Kepribadian?

Untuk mengawali tulisan ini, saya mau bilang, tulisan ini sedikit berbeda. Mengapa berbeda? Tulisan kali ini sedikit spesial. Mengapa spesial? Alasannya adalah tulisan kali ini sedikit lebih serius. Mengapa tulisan ini dibikin serius? Tugas sebagai mahasiswa kuliahan salah satunya dan beragam alasan lainnya.
Oya, sebelumnya, tulisan ini bukan bukti saya narsis. Masih mungkin kalau mau eksis. Tetapi tujuan sebenarnya bukan itu. Saya cuma mau cerita tentang diri saya. Daripada anda nonton sinetron dan anda jadi bulan-bulanan bualan lebih baik anda membaca kisah yang lebih nyata. Tulisan ini tentang kepribadian, cita-cita dan lainnya, saya mau berbagi pengalaman.
Kalau ditanya kepribadian atau watak, mungkin yang paling saya ingat di diri saya adalah saya pemarah. Sebenarnya saya ini orang yang pemarah. Di masa SD atau SMP saya gampang sekali tersulut emosi. Sumbu pendek, sedikit disulut langsung meledak. Hehe. Orang tua selalu berusaha menasihati kanan kiri. Tetapi waktu itu saya memang susah dibilangin. Bandel. Setelah sedikit lebih besar, usaha orang tua mulai berhasil sepertinya. Saya mulai sadar dan mau berusaha mengendalikan diri. Tetapi, semakin dewasa memang masalah itu semakin banyak. Walau begitu saya tetap tidak mau marah-marah di depan publik, itu akan sangat memalukan.
Marahnya memang tidak bisa hilang. Sudah ada dalam gen saya mungkin. Tetapi marah bisa dialihkan ke sesuatu yang lain. Ada banyak pelampiasan. Bukan, saya bukan bicara tentang menonjok boneka kelinci seperti yang biasa Ibu Nana dalam komik “Crayon Shinchan” lakukan. Itu kurang produktif dan kurang berguna. Kalau saya biasanya coba menulis tentang apa yang membuat saya marah. Biasanya bisa membantu. Bisa jadi lega setelah itu. Dendam dalam hati juga habis di situ, tidak sampai membatu. Hubungan baik dengan si subjek kemarahan juga bisa dijaga karena kita tidak mencak-mencak langsung di mukanya. Siapa yang suka dikata-katai di depan mukanya? Lalu biasanya karena sudah tanggung, tulisan itu sekalian saja saya sebarkan ke dunia maya.
Tetapi, ingat, jangan terlalu frontal memaparkan si subjek kemarahan. Bisa bahaya kalau tulisan kita terlalu kurang ajar. Bukannya menjaga hubungan, malah akan memperburuk hubungan dengan si subjek. Dia tentu juga marah, kan. Syukur kalau marahnya dia juga dipakai untuk hal lain. Kalau malah dipakai untuk perang dingin? Jadi, boleh saja marah. Marah itu manusiawi. Tetapi asal jangan sampai marah menambah masalah.
Selain dengan menulis, kalau saya punya masalah biasanya saya mendengarkan musik. Musik keras sangat membantu dalam hal ini. Sebenarnya ketertarikan saya dengan musik sudah dimulai sejak saya kecil. Saya mendengarkan semua musik. Tetapi tiap musik punya efek yang berbeda. Ada musik yang didengarkan saat kita sedang bersemangat. ada yang saat sedih. Dan ada yang saat marah. Walau saya mendengar semua musik, tetapi musik yang ada dewasa ini di televisi kurang bisa membuat saya tertarik. Bukan apa-apa, hanya saja itu bukan gaya saya. Hehehe.
Selain itu, saya orangnya kurang sabaran. Suka terburu-buru. Ya, sifat buruk perlu dikurangi bukan? Maka seperti marah tadi, sifat yang ini juga sedang berusaha dikurangi. Mungkin dengan membuat saya berpikir sebelum bertindak. Sudah banyak masalah yang saya dapatkan gara-gara sifat yang satu ini. Mengatasinya? Saya mencoba memperbanyak berpikir. Membaca buku juga bisa membantu, menurut saya. Karena membaca bisa mengasah imajinasi kita. Untungnya saya suka membaca. Membaca apa saja. Mungkin kadang anda bisa menemukan saya sedang membaca bungkus makanan yang isinya sedang saya makan. Aneh? Entahlah, kadang malah saya memungut potongan kertas koran hanya untuk membaca isinya. Ini mungkin juga sudah bawaan dari kecil, sudah tertulis dalam gen saya.
Kalau anda mengamati, mungkin saya hanya bicara sifat-sifat buruk dalam diri saya dan cara yang saya tempuh untuk mengatasinya. Memang, saya merasa tidak enak saja jika harus membicarakan kebaikan saya pada seluruh dunia (melalui dunia maya tentunya). Rasanya seperti sombong, baru segitu saja sudah pamer. Kalau bicara tentang kejelekan diri sendiri kan tidak apa-apa, tidak dihitung mengghibah/bergunjing sehingga tidak kena dosa. Syukur kalau ada yang bisa mengambil pelajaran, malah jadi pahala. Jadi, marilah kita berhenti membicarakan kejelekan orang lain dan mengurusi hidup mereka. Langkah termudah adalah dengan berhenti menonton infotainment. 
Masalah cita-cita, sewaktu kecil ketika ditanya saya menjawab dengan pasti. Pilot. Seperti merk bolpoin. Tetapi bukan, saya bukan mau jadi bolpoin, saya mau menerbangkan pesawat. Lalu, semakin dewasa semua makin berubah seiring waktu. Terakhir kali, keinginan saya adalah bermain dalam sebuah band. Tetapi sekarang karena saya kuliah di sini, saya sudah jelas akan jadi akuntan dan PNS, insya Allah. Keinginan lama itu tetap belum padam. Saya memang tidak langsung bisa menggapai cita-cita bermain dalam suatu band, tetapi mungkin jalan memutar masih ada.
Nanti, saat saya punya penghasilan sendiri, saya akan bangun studio band sendiri. Lebih baik sedikit menunggu daripada tidak sama sekali. Lagipula mau dipaksakan sekarang juga tidak bisa. Uang darimana? Hehe. Kalau nanti tentu sudah ada penghasilan yang bisa disisihkan. Mungkin kalau bukan studio band, gitar listrik cukuplah. Obsesi sejak lama, bisa bermain gitar dan punya gitar listrik. Tetapi, nanti. Butuh waktu memang, tetapi apa yang tidak butuh waktu di dunia ini?
Selain studio band, saya juga punya keinginan untuk punya perpustakaan sendiri. Mungkin awalnya dari minat baca saya yang (mungkin) besar dan seringkali membeli buku. Suatu saat koleksi itu akan cukup untuk membuat perpustakaan mini saya rasa. Tetapi tentu saja nanti, ketika saya sudah memiliki tempat tinggal tetap. Kalau tidak, mau ditaruh dimana buku itu. Kalau saya sudah memiliki tempat tinggal tetap, tentu saja bukunya bisa ditaruh di sana. Tetapi, nanti. Ketika saya sudah berpenghasilan. Sekarang memang belum bisa apa-apa, tetapi sebentar lagi insya Allah bisa. Sama seperti gitar tadi.
Sebenarnya, masih banyak yang mau saya ceritakan. Tetapi kalau kebanyakan, juga pembaca pasti bosan. Oleh karena itu, sekian dulu. Kalau masih berminat, silahkan baca tulisan saya lainnya. Terima kasih. 

Rabu, 16 Maret 2011

UAS, Ujian Akuntansi Santai

apa yang terjadi di malam ujian?
adalah rasa lapar dan bosan
bukumu tak habis-habis kau makan
meski sudah kau coba telan(jang)
wahai pengarang buku kuliah
buat apa bikin buku susah-susah?
saya yang baca juga ketiban susah
susah makan, susah jodoh, susah buang air besar
maka minumlah larutan penyegar
badan pun sehat segar bugar
sehingga jadi tidak cepat keluar
jangan berpikiran kotor, ini bukan "keluar"
seperti yang dimaksud saat keluar dari wc yang kotor
ini adalah keluar ruangan ujian saat ujian akuntansi dasar

Jejak Putar Otak

putar otak
hidup tak sekedar 3x4
bahkan itu pun sudah sesak oleh barang yang berserak
keluar
tak bernama kalau cuma di balik layar
atau kalau tak sudi keluar kamar
ciptakan hal yang membuat tenar
yang cepat menular
biar namamu tak cepat pudar
ayo
kalau hanya akan mampir
3 tahun habis berakhir, terbang meniti karir
tidak terlalu bermanfaat
karena lambat
atau cepat
ajalmu sampai ke akhirat
berhargakah tanpa jejak berangkat?
ayolah, hidup ini terlalu singkat
tinggalkan jejak
beragam rupa karya
bikin mati ditangisi berjuta
karena telah dicinta

Jejak Lawan Arus

dirimu beda lalu jadi lelucon
semua tertawa, gelegarnya lebih keras dari mercon
jangan gentar, kau bukan banci salon
kelak kau akan lihat
lambat
seperti siput
ataupun cepat
bagaikan maut
semakin tawa itu menggelegar, namamu akan semakin besar
tapi kalau kelak kau terbukti benar
tapi tunggu dan sabar
karena itu bisa saja besok pagi
atau bahkan berjuta tahun lagi
setelah engkau telah mati
jangan khawatir, saat itu mereka menyesali diri