Label

Minggu, 17 April 2011

Monster Nokturnal

sungguh seram
monster nokturnal berlengan enam
bersayap rangkap mengkilap transparan
sementara tubuhnya begitu hitam kelam
mata mu banyak sekali, beribu-ribu segi enam
dengan mulutmu yang seperti belalai gajah
tetapi memiliki gergaji dan lidah
gigitanmu menginjeksi virus menginfeksi
kau mengejarku
aku emosi, tak bisa membunuhmu
tanpa menumpahkan darahku

aku diam, terpaku
tak bergerak membatu
lalu secara tiba-tiba membabi buta kutepuk kau sekuat tenaga
nyamuk, kau mati di tanganku, ku mengelap darahku pada tisu

Sabtu, 16 April 2011

Hormat

yang dihormati
dalam sidang yang terhormat
menontoni kehormatan seorang wanita
maka siapakah yang asusila?
dia yang tak berbusana
ataukah mereka yang menontonnya?
tanpa dusta
aku memang pernah menyaksikannya
dalam perangkat yang sama
tapi
bukan dalam ruangan yang rencananya
ratusan
juta!
minta dana tanpa kinerja
sama saja makan gaji buta
sementara di jalan orang buta tanpa gaji
makan saja mikir seratus kali
dan uangnya pun dipungli
untuk bikin gedung yang terlalu gadang
dipakai nonton orang mengangkang

Aku Berkarya Maka Aku Ada

Jangan takut berkarya. Bikin saja, kerjakan saja. Kalau memang nanti kurang sempurna, wajar saja. “Karya yang sempurna adalah karya yang tidak pernah dibuat”, seorang bijak pernah berkata. Tidak ada yang sempurna, yang sempurna hanya Sang Pencipta. Tuhan saja sengaja membuat karya, misalnya manusia, tidak sempurna, apalagi karya manusia. Sudah tentu tak ada yang tanpa cacat tanpa cela. Jadi, jika berkenan, bikin saja. Kalau hasilnya kurang memuaskan, tetap lanjutkan. Lambat laun semua akan indah pada waktunya. Semua hasil butuh proses. Ada yang lama, ada yang cepat, tapi tidak ada yang instan.
Tetapi yang perlu dicatat, dalam berkarya juga ada kode etiknya. Jangan membabi buta menjiplak. Kalau sekedar terpengaruh, wajar. Tentu saja kita bisa dipengaruhi oleh sesuatu yang kita rasa cocok dengan kita. Dan tentu saja yang harus diingat adalah mengambil pengaruh berbeda dengan menjiplak. Kalau sekedar mengambil pengaruh, kita tetap tidak menghilangkan apa yang menjadi ciri kita, sementara menjiplak bisa dibilang meniru mentah-mentah karya orang dan kita akui sebagai karya kita. Mengambil pengaruh dengan baik akan membantu kita dalam berkarya sementara menjiplak akan membuat kita terhina. Maka berkaryalah, tanpa menjiplak.
Kalaupun nanti ada kritik yang menghinggapi, sekali lagi, wajar. Seperti yang sudah dibahas di atas, tidak ada karya yang sempurna. Jika kritik itu baik dan bersifat membangun, terima dan lakukan perbaikan segera. Untuk para pengkritik, ingat, mengkritik berbeda dengan menghujat. Kritik yang baik dan benar tidak akan membuat pihak yang dikritik merasa diserang dan dipojokkan. Semua hal ada caranya. Begitu pula mengkritik. Mungkin mempelajari cara mengkritik yang baik akan membutuhkan waktu. Tetapi apa yang tidak butuh waktu di dunia ini? Tidak ada yang instan, semua butuh proses. Bahkan makanan instan tetap saja perlu dimasak.
Semua karya butuh apresiasi. Apresiasi tidak melulu berupa uang dan harta (ingat ini, wahai para seniman komersil). Memang uang diperlukan, tetapi bukan itu saja tolak ukurnya. Apresiasi ibaratnya adalah napas suatu karya. Jika tidak ada yang mengapresiasi, bisa saja si pembuat karya berhenti. Jika ada yang mengapresiasi, suatu karya dapat terus dibuat karena apresiasi dapat membuat si pembuat bersemangat. Sekedar berkomentar di blog ini misalnya, sudah merupakan apresiasi. Maka jika anda sempat membaca, baik suka ataupun tidak suka, silahkan tinggalkan komentar anda. 
Dan yang perlu diingat, seperti tulisan ini, aku berkarya maka aku ada. Memang sedikit merubah kutipan dari ilmuwan yang saya lupa siapa, “aku berpikir maka aku ada”. Tetapi saya rasa hasil akhir dari suatu pemikiran adalah berupa karya. Maka, sah-sah saja sedikit dirombak. Para pembuat karya tetap ada namanya karena mereka meninggalkan jejak di muka bumi ini melalui karyanya meski telah bertahun-tahun tiada. Semua orang besar pasti dikenang karena karyanya. Rasulullah, ilmuwan, seniman, bahkan pendusta pun akan diingat karena karyanya. Memang, tidak semua karya yang dibuat itu baik. Mereka yang melakukan sesuatu yang buruk pun tetaplah dikenang, karena keburukannya. Tetapi tentu saja, terserah anda mau dikenang karena hal yang baik atau hal yang buruk? Ingin mati dipuji atau mati disumpahi?
Jadi, apa inti ini tulisan? Saya cuma mencari pembenaran dalam berkarya. Itu saja. Terima kasih sudah membaca. Jauh lebih terima kasih jika anda mengapresiasi. 

Kamis, 14 April 2011

Tentang Pelayan Masyarakat

Pikiran saya sering jalan ke mana-mana kalau sedang berjalan malam sendirian. Jika saya bilang berjalan, maka itu adalah benar berjalan dengan kaki. Mengapa harus berjalan kaki? Sebagai mahasiswa yang lebih suka menggembel, itu adalah kebiasaan menyehatkan dan bebas polusi sehingga andil saya terhadap pemanasan global dapat dikurangi. Oleh sebab itu, saya suka kemana-mana berjalan kaki asal bukan balik ke Solok dari Jakarta berjalan kaki. Bukan apa-apa, hanya saja itu akan memakan waktu yang sangat lama apabila dibandingkan dengan liburan saya yang singkat. Maka kalau pulang ke Solok dari Jakarta saya akan lebih memilih naik pesawat atau bus. Sementara kalau ke Bintaro Plaza saya akan lebih memilih berjalan kaki. Bukan karena pelit, ini karena.. sudahlah, anda baca saja sendiri alasan saya di atas tadi, saya malas mengulangi, sorry.
Kembali ke topik. Jadi, malam itu saat sedang jalan menuju kos-kosan saya, pikiran saya melayang kepada rencana karir saya di masa depan. Sebagai salah satu mahasiswa sebuah perguruan tinggi kedinasan, sudah pasti setamat dari sini saya akan bekerja pada kementerian yang bersangkutan. Bersangkutan dengan apa? Dengan perguruan tinggi kedinasan tadi tentunya. Lalu saya ingat, bahwa status saya nanti adalah pegawai negeri sipil bila saya bekerja pada kementerian tersebut. Bukan status facebook saya yang pegawai negeri sipil, melainkan status pekerjaan saya yang ditulis di KTP. Hal ini disebabkan karena saya bekerja sebagai pegawai negeri sipil di salah satu kementerian. Baiklah kalau anda memaksa tahu, saya sedang menempuh pendidikan di STAN dan ini insya Allah adalah semester terakhir saya, maka mohon doanya semoga semua lancar, ya. Terima kasih
Nah, yang mau saya bahas bukan gaji saya nanti saat bekerja karena rezeki, jodoh, umur dan ajal sudah ditentukan oleh Yang Maha Kuasa semenjak kita dalam kandungan. Jadi saya tidak perlulah mencemaskan masalah gaji, yang nanti karena saya sudah bergaji, maka saya bisa beristri walau tetap tak bisa poligami. Yang mau saya bahas adalah tiba-tiba sekejap mata saya teringat bahwasanya padanan kata pegawai negeri sipil dalam Bahasa Inggris atau English adalah civil servant. Catat ini karena ini akan jadi sangat penting, civil servant. Inilah yang mau saya bahas.
Ada apa dengan civil servant? Civil artinya adalah masyarakat, sementara sikil adalah lutut. Servant berasal dari kata serve yang artinya melayani, yang ditambahi akhiran –ant yang berfungsi menjelaskan pelaku. Seperti kata merch yang artinya adalah berdagang dan bila ditambahi akhiran –ant menjadi merchant yang artinya adalah pedagang. Maka, kata serve yang ditambahi akhiran -ant sehingga menjadi servant memiliki arti pelayan. Jadi, apa arti dari civil servant secara etimologi? Tak lain tak bukan, tak tontong galamai jaguang, adalah PELAYAN MASYARAKAT.
Jika ditinjau dari hal tersebut, maka tugas dari seorang civil servant adalah melayani masyarakat. Tetapi kalau dilihat dari apa yang terjadi dewasa ini, hehehe (maaf, saya tidak bisa berhenti tertawa, tawa sinis tentunya dan anda pasti tahu sebabnya). Saya rasa tidak perlulah saya berpanjang lebar menjelaskan apa yang mestinya dilakukan karena saya ingat dulu Pak Bambang, dosen mata kuliah Etika Profesi PNS sudah menjelaskan itu semua. Bukan, saya bukan lupa materinya. Hanya malas menjelaskan di sini saja karena, toh yang tingkat tiga sudah dapat materinya dan yang tingkat satu atau dua juga akan dapat nanti di suatu masa dengan catatan belajar dengan rajin seperti, ehm, saya.
Oke, saya mengaku, saya memang lupa, hehehe (maaf Pak Bambang, hehe). Tetapi setidaknya saya tahu, bahwa nanti saat jadi PNS kita harus memberi pelayanan prima termasuk di dalamnya tidak korupsi apa saja (waktu, uang dan lainnya). Mengenai pelayanan prima, singkatnya berikan apa yang terbaik yang kita bisa berikan. Sementara mengenai korupsi, tidak perlulah saya jelaskan, kita semua sudah tahu. Oya, sekedar info, buat anda di luar sana yang masih mengira bahwa di kampus saya diajarkan korupsi, selamat, anda sudah ditipu mentah-mentah. Lain kali gosip jangan ditelan bulat-bulat, tetapi kunyah, cerna dan kira-kira kebenarannya dalam kepala, jangan dikeluarkan lewat pantat.
Maka sebagai seorang pelayan masyarakat sudah seyogyanya kita melayani dengan sebaik-baiknya atau bahasa kerennya, pelayanan prima. Kita dibayar untuk itu kan? Dan orang yang dibayar untuk pekerjaannya adalah seorang yang profesional. Wow! Saya, anda dan mereka adalah seorang profesional! Terdengar keren dan dewasa sekali. Omong-omong bagaimana kabar Yogya dan Sultannya?
Pusing? Sudah dulu, kemana arah bicara saya anda sudah tahu. Intinya adalah jadilah PNS yang bisa memberikan pelayanan yang memuaskan pihak yang dilayani (dalam hal ini masyarakat), sehingga kita tidak secara membabi buta memakan gaji buta karena hati kita dibutakan harta. Ada banyak hal yang lebih dari sekedar harta. Maka, semoga tulisan ini bermanfaat bagi yang mau baca dan semoga nantinya saya dan teman-teman semua bisa menjadi PNS yang bermanfaat. Amin.

(Aduh, tulisan ini terasa serius sekali. Tak apalah, toh cuma sekali-kali)

Kepada Semua yang Tercinta

maka sabarlah karena nanti aku juga kembali
sejauh mana aku pergi
itu hanya sampai ke mana kaki
setidaknya planetku masih juga bumi

ribuan kilometer hanyalah jarak yang dapat dikatakan manusia
sampai kemana yang bisa kasat dirasa

tapi,
kau dan aku tahu, hati tidak bisa dikira
jauh lebih dekat daripada mata
terhadap jarak ia buta
kau dan aku tahu, hati tidak bisa dikira

maka sabarlah karena nanti aku juga kembali
jangan kau hitung hari
karena sepinya akan kentara
tunggu saja dan berdoa

kita pasti jumpa
malam
kelam
legam
diam
terkadang seram

dalam cahaya temaram
hanya ada detik jam
satu, dua sampai puluhan ke enam
berulang naik dan karam

cahaya mata belum padam
bertahan, tidak terpejam
sial, ini pasti gara-gara kopi campur sedikit garam

Gratis

ini kerja setahun lebih
gratis
sepeserpun aku tak mengemis
mulai dari start hingga ke finish
bukan kau yang mengirimi aku uang setiap bulan
bahkan tidak walau hanya sekedar doa ataupun pujian
kepalamu gunakan
kritikan ialah beda dengan umpatan
jadi
jangan bohong
jangan sombong
jaga omong
atau nanti lidahmu kupotong
beserta kepalamu yang kosong

oh ya
tenang
ini semua pun bebas uang

Senin, 11 April 2011

KSPK, Kepriben Sampeyan Punya Kepribadian?

Untuk mengawali tulisan ini, saya mau bilang, tulisan ini sedikit berbeda. Mengapa berbeda? Tulisan kali ini sedikit spesial. Mengapa spesial? Alasannya adalah tulisan kali ini sedikit lebih serius. Mengapa tulisan ini dibikin serius? Tugas sebagai mahasiswa kuliahan salah satunya dan beragam alasan lainnya.
Oya, sebelumnya, tulisan ini bukan bukti saya narsis. Masih mungkin kalau mau eksis. Tetapi tujuan sebenarnya bukan itu. Saya cuma mau cerita tentang diri saya. Daripada anda nonton sinetron dan anda jadi bulan-bulanan bualan lebih baik anda membaca kisah yang lebih nyata. Tulisan ini tentang kepribadian, cita-cita dan lainnya, saya mau berbagi pengalaman.
Kalau ditanya kepribadian atau watak, mungkin yang paling saya ingat di diri saya adalah saya pemarah. Sebenarnya saya ini orang yang pemarah. Di masa SD atau SMP saya gampang sekali tersulut emosi. Sumbu pendek, sedikit disulut langsung meledak. Hehe. Orang tua selalu berusaha menasihati kanan kiri. Tetapi waktu itu saya memang susah dibilangin. Bandel. Setelah sedikit lebih besar, usaha orang tua mulai berhasil sepertinya. Saya mulai sadar dan mau berusaha mengendalikan diri. Tetapi, semakin dewasa memang masalah itu semakin banyak. Walau begitu saya tetap tidak mau marah-marah di depan publik, itu akan sangat memalukan.
Marahnya memang tidak bisa hilang. Sudah ada dalam gen saya mungkin. Tetapi marah bisa dialihkan ke sesuatu yang lain. Ada banyak pelampiasan. Bukan, saya bukan bicara tentang menonjok boneka kelinci seperti yang biasa Ibu Nana dalam komik “Crayon Shinchan” lakukan. Itu kurang produktif dan kurang berguna. Kalau saya biasanya coba menulis tentang apa yang membuat saya marah. Biasanya bisa membantu. Bisa jadi lega setelah itu. Dendam dalam hati juga habis di situ, tidak sampai membatu. Hubungan baik dengan si subjek kemarahan juga bisa dijaga karena kita tidak mencak-mencak langsung di mukanya. Siapa yang suka dikata-katai di depan mukanya? Lalu biasanya karena sudah tanggung, tulisan itu sekalian saja saya sebarkan ke dunia maya.
Tetapi, ingat, jangan terlalu frontal memaparkan si subjek kemarahan. Bisa bahaya kalau tulisan kita terlalu kurang ajar. Bukannya menjaga hubungan, malah akan memperburuk hubungan dengan si subjek. Dia tentu juga marah, kan. Syukur kalau marahnya dia juga dipakai untuk hal lain. Kalau malah dipakai untuk perang dingin? Jadi, boleh saja marah. Marah itu manusiawi. Tetapi asal jangan sampai marah menambah masalah.
Selain dengan menulis, kalau saya punya masalah biasanya saya mendengarkan musik. Musik keras sangat membantu dalam hal ini. Sebenarnya ketertarikan saya dengan musik sudah dimulai sejak saya kecil. Saya mendengarkan semua musik. Tetapi tiap musik punya efek yang berbeda. Ada musik yang didengarkan saat kita sedang bersemangat. ada yang saat sedih. Dan ada yang saat marah. Walau saya mendengar semua musik, tetapi musik yang ada dewasa ini di televisi kurang bisa membuat saya tertarik. Bukan apa-apa, hanya saja itu bukan gaya saya. Hehehe.
Selain itu, saya orangnya kurang sabaran. Suka terburu-buru. Ya, sifat buruk perlu dikurangi bukan? Maka seperti marah tadi, sifat yang ini juga sedang berusaha dikurangi. Mungkin dengan membuat saya berpikir sebelum bertindak. Sudah banyak masalah yang saya dapatkan gara-gara sifat yang satu ini. Mengatasinya? Saya mencoba memperbanyak berpikir. Membaca buku juga bisa membantu, menurut saya. Karena membaca bisa mengasah imajinasi kita. Untungnya saya suka membaca. Membaca apa saja. Mungkin kadang anda bisa menemukan saya sedang membaca bungkus makanan yang isinya sedang saya makan. Aneh? Entahlah, kadang malah saya memungut potongan kertas koran hanya untuk membaca isinya. Ini mungkin juga sudah bawaan dari kecil, sudah tertulis dalam gen saya.
Kalau anda mengamati, mungkin saya hanya bicara sifat-sifat buruk dalam diri saya dan cara yang saya tempuh untuk mengatasinya. Memang, saya merasa tidak enak saja jika harus membicarakan kebaikan saya pada seluruh dunia (melalui dunia maya tentunya). Rasanya seperti sombong, baru segitu saja sudah pamer. Kalau bicara tentang kejelekan diri sendiri kan tidak apa-apa, tidak dihitung mengghibah/bergunjing sehingga tidak kena dosa. Syukur kalau ada yang bisa mengambil pelajaran, malah jadi pahala. Jadi, marilah kita berhenti membicarakan kejelekan orang lain dan mengurusi hidup mereka. Langkah termudah adalah dengan berhenti menonton infotainment. 
Masalah cita-cita, sewaktu kecil ketika ditanya saya menjawab dengan pasti. Pilot. Seperti merk bolpoin. Tetapi bukan, saya bukan mau jadi bolpoin, saya mau menerbangkan pesawat. Lalu, semakin dewasa semua makin berubah seiring waktu. Terakhir kali, keinginan saya adalah bermain dalam sebuah band. Tetapi sekarang karena saya kuliah di sini, saya sudah jelas akan jadi akuntan dan PNS, insya Allah. Keinginan lama itu tetap belum padam. Saya memang tidak langsung bisa menggapai cita-cita bermain dalam suatu band, tetapi mungkin jalan memutar masih ada.
Nanti, saat saya punya penghasilan sendiri, saya akan bangun studio band sendiri. Lebih baik sedikit menunggu daripada tidak sama sekali. Lagipula mau dipaksakan sekarang juga tidak bisa. Uang darimana? Hehe. Kalau nanti tentu sudah ada penghasilan yang bisa disisihkan. Mungkin kalau bukan studio band, gitar listrik cukuplah. Obsesi sejak lama, bisa bermain gitar dan punya gitar listrik. Tetapi, nanti. Butuh waktu memang, tetapi apa yang tidak butuh waktu di dunia ini?
Selain studio band, saya juga punya keinginan untuk punya perpustakaan sendiri. Mungkin awalnya dari minat baca saya yang (mungkin) besar dan seringkali membeli buku. Suatu saat koleksi itu akan cukup untuk membuat perpustakaan mini saya rasa. Tetapi tentu saja nanti, ketika saya sudah memiliki tempat tinggal tetap. Kalau tidak, mau ditaruh dimana buku itu. Kalau saya sudah memiliki tempat tinggal tetap, tentu saja bukunya bisa ditaruh di sana. Tetapi, nanti. Ketika saya sudah berpenghasilan. Sekarang memang belum bisa apa-apa, tetapi sebentar lagi insya Allah bisa. Sama seperti gitar tadi.
Sebenarnya, masih banyak yang mau saya ceritakan. Tetapi kalau kebanyakan, juga pembaca pasti bosan. Oleh karena itu, sekian dulu. Kalau masih berminat, silahkan baca tulisan saya lainnya. Terima kasih. 