Label

Senin, 14 Desember 2009

Lelucon..

Mereka bilang saya ini adalah orang kekanak-kanakan yang bertingkah seperti anak-anak..
Saya rasa ada benarnya juga pernyataan yang mungkin ada benarnya itu..
Memang, saya menggemari berbagai macam lelucon yang lucu..
Tetapi, terkadang marah jika saya menjadi korban lelucon tersebut..
Mungkin anda semua berpikir, mengapa harus marah sementara korban lelucon saya tidak pernah marah jika saya mengusili mereka dimana mereka menjadi korban lelucon saya?
Sebenarnya saya punya beberapa alasan tersendiri untuk hal ini, yang saya memiliki penjelasan untuk hal tersebut..
Tapi, alasan yang paling umum ada dua..
Pertama, jika orang itu membuat lelucon yang sama sekali tidak lucu bagi saya, ini akan memicu kemarahan dalam diri saya, karena leluconnya tidak lucu..
Memang, kadang saya cukup senang jadi korban lelucon, yang lucu..
Tetapi lelucon yang tidak lucu?
Apa itu?
Apakah sebuah lelucon pantas disebut lelucon jika tidak lucu?
Memangnya ada pelawak yang tidak bisa melawak dan tidak memiliki lawakan?
Maaf saja, saya rasa saya tidak pantas jadi korban lelucon yang tidak lucu..
Itu sama saja anda mengatakan anda lelaki, tetapi anda tidak memiliki kumis, jenggot, jakun apalagi ***** untuk membuktikan kalau anda itu lelaki..
Saya merasa saya berhak dikerjai dengan lelucon yang lebih lucu, tetapi tetap dalam batas kewajaran dan tentu saja tidak keterlaluan, tetapi lucu..
Anda harus lebih kreatif, inovatif dan selektif..
Dan sayapun akan mengapresiasinya dengan aktif, reaktif dan provokatif..
Itu alasan pertama saya yang pertama mengapa sebuah lelucon(?) yang tidak lucu bisa membuat saya marah..
Kedua, jika saya merasa lelucon anda menjatuhkan harga diri saya di mata kaum hawa, alias wanita..
Saya cukup sadar dengan mengatakan bahwa, ehm, muka saya cukup lumayan..
Mungkin saja ada pengagum saya di luar sana yang mengagumi saya bukan?
Mungkin saja gara-gara lelucon itu, dia jadi tidak mengagumi saya lagi..
Hal ini berakibat pada turunnya pamor dan pasaran saya..
Tentu hal ini berimbas pada tumpahnya kemarahan saya..
Saya sadar sesadar-sadarnya bahwa dengan menumpahkan kemarahan saya, saya malah lebih menjatuhkan imej saya..
Tetapi, sifat temperamental dalam diri saya lebih menghendaki kemarahan itu untuk keluar, meledak dan tumpah di muka..
Daripada ditahan-tahan jadi stress, stroke lalu (sayapun) selesai..
Hahaha..
Dan seringkali alasan kedua inilah yang membuat saya marah jika dikerjai..
Meskipun lebih banyak alasan lain ada sebenarnya..
Seperti misalnya anda mencoba melucu dan memaksa saya tertawa dengan menggelitiki lubang hidung saya hingga saya tidak bisa tertawa karena bersin-bersin..

Tidak ada komentar: