Gilang R. Hastanto
Sajak dan Opini Barangkali?
Jumat, 13 Juli 2012
Selasa, 27 Maret 2012
Prasangka
Ada beberapa hal yang bisa digolongkan baik dan buruk tergantung bagaimana anda memandangnya. Saya bukan bicara soal hukum agama, adat, atau undang-undang karena setahu saya hal itu berlaku mutlak. Lagipula saya tidak terlalu mengerti akan hal semacam itu. Rumit. Saya akan membahas hal yang ruang lingkupnya lebih kecil namun justru kerap menimbulkan masalah karena hal ini sifatnya relatif.
Setiap orang memiliki cara pandang yang berbeda akan sesuatu. Itu mutlak. Ada banyak hal yang mempengaruhi hal ini, diantaranya latar belakang keluarga, lingkungan, status sosial, keadaan hati dan prasangka. Dari hal yang saya sebutkan tadi, mungkin kita bisa coba membahas prasangka (judgement) lebih jauh. Kalau ada bias dengan kata prasangka ini, perlu saya jelaskan bahwa yang saya maksud dengan prasangka di sini adalah praduga, anggapan kita terhadap seseorang, atau lebih ke judgement dalam Bahasa Inggris, bukan prejudice.
Mengapa harus prasangka? Prasangka asalnya dari pandangan kita terhadap seseorang. Hal ini berada dalam kendali kita. Jika hal ini ada dalam kendali kita, maka tentu kita memiliki kuasa untuk membawanya ke arah baik, atau buruk. Inilah hal yang harus kita perhatikan dalam berhubungan dengan orang lain. Cara kita memandang orang dan berinteraksi dengannya akan banyak dipengaruhi oleh prasangka ini. Ingat, karena ini akan sangat penting nantinya.
Sebagai contoh, saya punya sekumpulan sahabat yang selalu menganggap apa yang saya katakan itu lucu. Itu berasal dari prasangka mereka tadi. Sehingga setiap saya mengatakan sesuatu dengan maksud melucu, baik itu lucu ataupun tidak terlalu lucu, mereka akan tertawa dan hal ini sangat menyenangkan. Bukan tawa yang dibuat-buat, tawa yang murni. Anda tentu bisa bedakan tawa asli dan paksaan bukan? Begitupun kebalikannya, saya berusaha selalu menghargai lelucon mereka dengan menertawakan meski itu tidak lucu. Bagaimana menertawakan lelucon yang tidak lucu? Tertawakan ketidaklucuannya, kadang (tidak selalu) kita bahkan bisa bilang padanya bahwa leluconnya tidak lucu sambil tertawa. Dia tentu tidak akan marah sejauh kita tertawa. Hahaha.
Kebalikannya, tentu juga ada teman yang setiap anda berusaha bicara tidak mengacuhkan, berusaha membuat anda diam, bahkan lebih buruk lagi, mengintimidasi anda. Yah, orang-orang seperti ini ada dan nyata di dunia ini. Mereka tidak sadar bahwa Indonesia telah merdeka semenjak tahun 1945. Jangan salahkan orang tua mereka yang membuat mereka lahir ke dunia ini. Saran saya untuk hal ini, kalau mereka tidak bisa membuat anda merasa nyaman dan anda tidak bisa membuat mereka merasa nyaman, tinggalkan. Itu bukan lingkungan yang baik. Itu kembali lagi pada prasangka mereka tadi. Dalam penilaian mereka, anda tidak menarik. Jadi ya sudah. Kalau tidak bisa jadi teman sejalan, jadi teman yang ditegur kalau berjumpa di jalan juga tidak apa-apa kan?
Jadi, kembali lagi kepada prasangka tadi, yang ada dalam kendali kita dalam berhubungan dengan orang lain. Selalu berusaha berprasangka baik pada orang lain selama dia tidak mengganggu. Seingat saya, dalam fisika ada hukum aksi dan reaksi. Setiap aksi pasti menuai reaksi. Tidak mungkin semua aksi penarikan akan diikuti dengan reaksi berupa penarikan, bisa saja diikuti oleh reaksi penolakan. Tetapi ada yang bisa kita lakukan dalam hal ini. Jika seseorang berusaha dekat dengan anda (tertarik pada anda, bukan hanya karena fisik, tapi karena “isi” anda), berusahalah tertarik padanya. Jangan menolak dia, berilah dia kesempatan, berprasangka baik padanya, dia berhak untuk itu. Percayalah, ini akan sangat berguna pada suatu saat nanti.
Setiap orang memiliki cara pandang yang berbeda akan sesuatu. Itu mutlak. Ada banyak hal yang mempengaruhi hal ini, diantaranya latar belakang keluarga, lingkungan, status sosial, keadaan hati dan prasangka. Dari hal yang saya sebutkan tadi, mungkin kita bisa coba membahas prasangka (judgement) lebih jauh. Kalau ada bias dengan kata prasangka ini, perlu saya jelaskan bahwa yang saya maksud dengan prasangka di sini adalah praduga, anggapan kita terhadap seseorang, atau lebih ke judgement dalam Bahasa Inggris, bukan prejudice.
Mengapa harus prasangka? Prasangka asalnya dari pandangan kita terhadap seseorang. Hal ini berada dalam kendali kita. Jika hal ini ada dalam kendali kita, maka tentu kita memiliki kuasa untuk membawanya ke arah baik, atau buruk. Inilah hal yang harus kita perhatikan dalam berhubungan dengan orang lain. Cara kita memandang orang dan berinteraksi dengannya akan banyak dipengaruhi oleh prasangka ini. Ingat, karena ini akan sangat penting nantinya.
Sebagai contoh, saya punya sekumpulan sahabat yang selalu menganggap apa yang saya katakan itu lucu. Itu berasal dari prasangka mereka tadi. Sehingga setiap saya mengatakan sesuatu dengan maksud melucu, baik itu lucu ataupun tidak terlalu lucu, mereka akan tertawa dan hal ini sangat menyenangkan. Bukan tawa yang dibuat-buat, tawa yang murni. Anda tentu bisa bedakan tawa asli dan paksaan bukan? Begitupun kebalikannya, saya berusaha selalu menghargai lelucon mereka dengan menertawakan meski itu tidak lucu. Bagaimana menertawakan lelucon yang tidak lucu? Tertawakan ketidaklucuannya, kadang (tidak selalu) kita bahkan bisa bilang padanya bahwa leluconnya tidak lucu sambil tertawa. Dia tentu tidak akan marah sejauh kita tertawa. Hahaha.
Kebalikannya, tentu juga ada teman yang setiap anda berusaha bicara tidak mengacuhkan, berusaha membuat anda diam, bahkan lebih buruk lagi, mengintimidasi anda. Yah, orang-orang seperti ini ada dan nyata di dunia ini. Mereka tidak sadar bahwa Indonesia telah merdeka semenjak tahun 1945. Jangan salahkan orang tua mereka yang membuat mereka lahir ke dunia ini. Saran saya untuk hal ini, kalau mereka tidak bisa membuat anda merasa nyaman dan anda tidak bisa membuat mereka merasa nyaman, tinggalkan. Itu bukan lingkungan yang baik. Itu kembali lagi pada prasangka mereka tadi. Dalam penilaian mereka, anda tidak menarik. Jadi ya sudah. Kalau tidak bisa jadi teman sejalan, jadi teman yang ditegur kalau berjumpa di jalan juga tidak apa-apa kan?
Jadi, kembali lagi kepada prasangka tadi, yang ada dalam kendali kita dalam berhubungan dengan orang lain. Selalu berusaha berprasangka baik pada orang lain selama dia tidak mengganggu. Seingat saya, dalam fisika ada hukum aksi dan reaksi. Setiap aksi pasti menuai reaksi. Tidak mungkin semua aksi penarikan akan diikuti dengan reaksi berupa penarikan, bisa saja diikuti oleh reaksi penolakan. Tetapi ada yang bisa kita lakukan dalam hal ini. Jika seseorang berusaha dekat dengan anda (tertarik pada anda, bukan hanya karena fisik, tapi karena “isi” anda), berusahalah tertarik padanya. Jangan menolak dia, berilah dia kesempatan, berprasangka baik padanya, dia berhak untuk itu. Percayalah, ini akan sangat berguna pada suatu saat nanti.
Jumat, 17 Februari 2012
Sajak Tengkorak
Semua tengkorak adalah sama
tiada yang pintar, semua tak berotak
tiada yang kuat, semua tak bergerak
tiada hitam atau pirang, semua botak
tiada yang vokal, semua bungkam
tiada yang hitam, semua putih dan kusam
tiada coklat biru lebar sipit, semua hanya lubang
tiada model pakaian, semua telanjang
tiada yang tampan, semua hanya belulang
tiada yang pintar, semua tak berotak
tiada yang kuat, semua tak bergerak
tiada hitam atau pirang, semua botak
tiada yang vokal, semua bungkam
tiada yang hitam, semua putih dan kusam
tiada coklat biru lebar sipit, semua hanya lubang
tiada model pakaian, semua telanjang
tiada yang tampan, semua hanya belulang
Moneytheism
seandainya kertas tidak pernah ditemukan
adakah uang dalam peradaban?
kertas kotor penuh kuman
sebab kerap berpindah tangan
baik secara patut
maupun keterlibatan maut
menuhankan uang adalah tindakan irasional
dan berakibat kepada kemunduran akal serta mental
adakah uang dalam peradaban?
kertas kotor penuh kuman
sebab kerap berpindah tangan
baik secara patut
maupun keterlibatan maut
menuhankan uang adalah tindakan irasional
dan berakibat kepada kemunduran akal serta mental
Headphone Isolator
nyalang mata di pagi buta
pusing setengah sadar
teruskan kopi
dan nyalakan lagu pembakar
hening tiga pagi
headphone menyambungkan telinga dan musik
mengisolasi dari dunia luar, tidak terusik
jika ada yang ingin menikamku dalam diam
dari belakang, inilah saat yang kau nantikan!
pusing setengah sadar
teruskan kopi
dan nyalakan lagu pembakar
hening tiga pagi
headphone menyambungkan telinga dan musik
mengisolasi dari dunia luar, tidak terusik
jika ada yang ingin menikamku dalam diam
dari belakang, inilah saat yang kau nantikan!
Sajak Rindu Rumah
ikan asin goreng, hidung membau
hasrat pulang semakin membatu
dan musik blues ini tidak membantu
halo pohon jambu di depan kamar (kosan)
mungkinkah kau menjelma pohon durian
yang ditanam ayahku di kebun depan?
apa kabar Solok nan indah?
yang setiap tahun kepulanganku
sawahnya berubah, menjelma rumah
sehingga "Bareh Solok" terancam punah
kawan
kau heran, mengapa aku tak pulang
padahal
tiket tinggal pesan, pesawat langsung terbang?
tidak, tidak segampang itu
tanya pada orang yang di televisi kerap seseumbar dan berkoar
fasilitasnya dari uang yang orang tua kami bayar
maka mohon dijawab dengan pintar
bagian mana dari tubuh mereka yang lebih besar?
otak, mulut, ataukah zakar?
hasrat pulang semakin membatu
dan musik blues ini tidak membantu
halo pohon jambu di depan kamar (kosan)
mungkinkah kau menjelma pohon durian
yang ditanam ayahku di kebun depan?
apa kabar Solok nan indah?
yang setiap tahun kepulanganku
sawahnya berubah, menjelma rumah
sehingga "Bareh Solok" terancam punah
kawan
kau heran, mengapa aku tak pulang
padahal
tiket tinggal pesan, pesawat langsung terbang?
tidak, tidak segampang itu
tanya pada orang yang di televisi kerap seseumbar dan berkoar
fasilitasnya dari uang yang orang tua kami bayar
maka mohon dijawab dengan pintar
bagian mana dari tubuh mereka yang lebih besar?
otak, mulut, ataukah zakar?
Langganan:
Postingan (Atom)